warnahost.com

Puisi Untukmu yang Datang dari Masa Silam karya Andhika Daeng Mammangka

Puisi Untukmu yang Datang dari Masa Silam karya Andhika Daeng Mammangka

kenangan adalah dirimu
yang utuh di masa silam
lalu dihadang tirai waktu
kita pun terpisahkan jarak
dirayu-rayu peristiwa sampir
lalu kita lenyap entah kemana
bagai tidur panjang tanpa mimpi
tanpa harapan dan penantian yang merah
tanpa perjanjian dan ikatan yang menguatkan
ketika itu. dirimu masih belia. tanpa kegenitan yang mesra

waktu terus bergerak
dalam keterpisahan itu
kita tak ada - kita tak ada
lalu debu dan kabut menghapus
namamu di dalam diriku dan juga kisahku
utuh. kita telah selesai di dalam kisah manapun

aku berjalan ke barat
menemukan bunga tak terhitung jumlah dalam perjalanan
aku melangkah perlahan ke timur meniti angin dan melintasi malam
menjumpai kupu-kupu, burung, langit mendung dan jembatan tua patah
seolah tanpa harapan di dalam impian. tanpa rencana di dalam petualangan
berserah kepada Yang Maha Kuasa. lalu, aku menemukan dan ditemukan takdir
utuhlah kelupaan itu. sirnahlah semua pertemuan kita. tanpa makam. tanpa batu penanda
semua berjalan sempurna. semua berputar utuh. semua selalu apa adanya. semua seolah tanpa apa saja

di sebuah pagi yang hujan
dalam sebuah ruang yang dingin
ruangan tanpa bunga dan alunan musik
tanpa tanda cinta yang ranum di pohon waktu
entah, malaikat yang mana. mengantarkan pertemuan kita yang tak terencanakan
aku kehilangan kata. kehilangan kesadaran sejenak. lalu pikiranku menelusuri waktu
kembali mengenang. perlahan. sangat perlahan. menyusun kembali wajah kenangan yang pecah
kau tak bisa utuh. terlalu banyak derita dan cerita dalam perjalananku. menghapusmu dengan sempurna

kegigihanmu menyimpan kenangan. menggoda ingatanku
dan kini. di beberapa malam yang sakit. kau berhasil membangunkanku
ramuan rindu dan cinta yang kau suguhkan, menguatkan kenangan-kenanganku

aku menemukanmu
dirimu telah tumbuh
dengan tubuh yang ranum dan sempurna
sebagi seorang remaja dengan pesonanya yang menggoda
aku pun larut dalam kenakalan remajamu. kenakalan pikiranmu

aku lelaki tua
menerima tamu dari masa silam

dan kini sulit memejamkan mata ditimpuki rindu bertubi-tubi
kau remaja belia. dan aku lelaki tua. lelaki tua yang bahagia dengan sisi duniawiku
dan dirimu, remaja belia, tanpa lelah berjingkrak menari bagai kijang betina yang muda
kita sedang tidak dalam masalah
kita tidak dalam situasi derita
kita tidak dalam situasi yang sepi

tapi kita telah sama tergoda
di dalam waktu. kita hamburkan semuanya di dalam sajak-sajak yang berbinar
berjalan mengiringi dedaunan di segala musim

dan
kita sama-sama tersenyum menghadap ke langit-langit dunia
menyimpan ketersipuan kita yang tak boleh kita sesali
kita bahagia tanpa pertempuran dan dendam

ini adalah cinta dengan wajah yang lain
kita akan merawatnya hingga batas waktu yang tak bisa kita duga dan selami
kita akan merawatnya tanpa rencana yang mengundang prahara
tapi
aku mencintaimu.
sebagai kata terakhir atas jawaban apakah aku juga mencintaimu?


Bulukumba, 30 April 2014


Puisi ini saya copy dari Facebook penulisnya. Klik di sini untuk melihat catatan aslinya.

Video visual dari puisi ini bisa Anda tonton dan dengarkan pada video di bawah:

Related Posts

Komentar: