Ilustrasi gambar by pixabay.com |
Dulu, semasa masih kuliah suka mendengarkan puisi ini dibacakan. Apalagi yang membacakan itu adalah penulisnya sendiri. Abidin Wakur, itulah nama lelaki yang menulis puisi ini.
Kak Abi, begitu sapaan saya ke padanya. Dia memberikan banyak ilmunya. Suka berdiskusi dan tidak sombong. Hehehe.
Sekarang, kak Abi masih terus menggeluti dunia kesenian, meski memilih pulang ke kampung halaman di Sinjai. Lalu di sana, beliau ini mendirikan sebuah komunitas bernama Tobonga.
Pernah suatu ketika (saya lupa tahun berapa), puisi ini dibacakan di auditorium Al Amien Unismuh Makassar. Ini moment yang paling saya ingat meski waktu dan acara apa saya tidak ingat.
Kira-kira begini puisinya.
Laki-Laki dan Perempuan
perempuan adalah pasir dan LAKI-LAKI ombaknya
perempuan adalah mutiara
raih DAN jadikan permata cincin yang bertengger pada jari manis
PEREMPUAN untuk diselami dengan rasa PEREMPUAN untuk DIMILIKI bukan untuk DICICIPI
laki-laki bila berkubang di rawa perempuanlah santapannya dagingnya dilahap DENGAN PELUH dan darah tulangnya dicampakkan
untuk diperebutkan anjing penjaga kemaksiatan
hati-hatilah laki-laki
jika perempuan angin sepoi kamu hancur oleh tiupan kelembutannya
tenaga dan keberingasanmu akan remuk di hadapannya lalu ambruk ke tanah yang enggan MENETESkan air matanya UNTUKMU
jadilah laki-laki jadilah perempuan
Makassar, 2000
Komentar: