warnahost.com

Rindu (Ada Dirimu) dan Kemarau

Ini tentang aku yang rindu...
Mengenalmu, mengubah banyak hal dalam hidupku
Ini sudah cukup lama...
Aku semakin lupa jarak waktu yang berlalu dan masih menyisakan namamu

Kadang, meski tanpa sengaja. Aku mengingat semua hal tentangmu
Dan rinduku akan kembali memberontak meremukkan segala kekuatanku
Sungguh, aku telah beribu-ribu kali mencoba mempertemukan hatiku dengan hati selain hatimu
Tetapi beribu-ribu kali pula aku terhempas dan tersesat dalam perjalanan itu
Terseret lalu aku tak mampu lagi melangkah
Aku tak menemukan arah menuju titik akhir dari perjalananku
Satu-satunya jalan yang kumiliki adalah jalan pulang
Meski aku pun tak pernah mampu lagi sampai ke sana. Ke HATIMU....

Aku masih mengingatmu dengan begitu jelas
Mengingat caramu berbicara juga caramu tersenyum
Aku semakin tak mampu menepismu ketika aku mencoba menghindarinya
Lalu aku hanya bisa menyelaminya dengan kereinduan yang semakin tak mampu aku pahami
Dan entah itu wajar atau tidak wajar

Permintaanmu yang dulu kau katakan padaku hingga kini tak mampu aku penuhi
Aku selalu menemukan namamu pada hati yang lain
Aku selalu menemukan rekahan senyummu di mana-mana
Dan ketika aku menulis ini, rindu itu kembali mengguncang hatiku

Dari sekian banyak persinggahan, tak ada satu pun yang mampu menahanku untuk menetap
Selalu ada dirimu yang menarikku untuk tidak tinggal di sana
Selalu ada bayanganmu yang mengikuti persinggahanku
Selalu ada dirimu. Dirimu. Dan dirimu....
Lalu, untuk kesekian kalinya aku terhempas dalam rindu yang amat
Kini rasaku seolah tak mampu lagi aku mengerti sendiri
Sungguh. Aku semakin takut.

Aku telah mencoba membuangnya sejauh yang aku bisa tetapi selalu saja tidak berhasil
Akarnya begitu kokoh tertancap hingga berbagai usaha untuk menaklukannya
Selalu saja berakhir dengan sebuah akhir yang selalu berulang

Dan pada setiap malam yang hening adalah petaka bagiku
Aku semakin tersiksa dengan rindu yang entah
Kau telah benar-benar menjadi bayanganku

Musim berganti dan aku tak merasakan apa-apa selain kemarau
Bunga-bunga yang pernah tumbuh di dalam hatiku gugur dan membusuk kekeringan
Hujan tak juga datang.

Sesekali aku sengaja membiarkanmu berada dalam bait-bait puisi yang aku tulis
Berharap akan ada penawar atas rinduku yang kudapati di sana
Tetapi itu hanyalah jalan kembali menuju kepedihan karena tak bisa menjangkaumu meski aku menemukanmu
Kau begitu dekat... Nyata.

Dan jiwa ragaku harus kembali bertarung melawan rindu
Aku pasrah... Aku kalah.
Rindu itu telah menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan bagiku
Aku menggali kenangan dari waktu yang telah pergi

Maafkan aku atas kesalahan ini
Kesalahan karena hingga kini masih menyimpan cinta untukmu
Aku lelah. Aku takut jika semakin lama rindu ini tak lagi mampu kubendung
Maaf.... Ini hanyalah tentang aku yang rindu...


Gowa, 22.02.2016

Ian Konjo

Related Posts

6 komentar

  1. MUSIM KEMARAU MEMANG SUKA RINDU DALAM YANG ADA PADA DIRIMU KAKANG

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe. Mungkin sekarang ini terbalik kang. Ini lagi musim hujan. Hehehe.
      Tapi rindu kadang memang datang tak pernah pandang situasi dan waktu. :D

      Hapus
  2. Mas ian ini puisinya bagus amat sekaligus isi hati mas ian kayanya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Wida Zee. Seorang sahabat saya pernah berkata, jika sebuah karya sastra ditulis dengan penuh penjiwaan akan sangat indah. Hehee. Tapi puisi ini sepertinya tidak sepenuhnya isi hati saya. Saya hanya mencoba untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang mengalami ini. Hahaha. Sekali lagi terima kasih apresiasinya mbak Wida.

      Hapus
    2. Saya kira ini sepenuhnya isi hati mas ian, sama-sama :)

      Hapus
    3. Mungkin ada benernya juga mbak... Hehehe.

      Hapus

Posting Komentar