Sebuah puisi dari Kusuma Jaya Bulu.
Fatimah,
Berlarilah, Nak
Temui air mata yang menangis
diguratan wajah rinduku
pada perempuan
yang melahirkanmu
Bacalah aksara
Pada setiap bait
Luka yang sudah tua
Di sana, ada jejak ombak
Serta prasasti masa lalu menggelantung
di tiap ruas imajinasi yang patah
Jika,
Aku sudah dipenghujung jalan
Biarkan tanya mengantarkan matamu
Menghitung sembilan puluh sembilan kata
Di dalam lipatan ingatanmu
Dan kupastikan,
Nama Ibumu kutaruh di setiap baitnya
Fatimah,
Tetaplah berlari, Nak
Jangan biarkan senyummu retak
Serta lelah yang genit merayu lelahmu
Maaf,
Maafkan ayah,
Aku tak kuasa
Menahan kata kata beranak pinak
Dan mengisi rongga rongga puisi
Fatimah,
Saat aku tak lagi kau temui di gelas kopi hitam
Seperti sebelumnya
Maka ceritakanlah pada adik adikmu
Bahwa,
Ayah adalah matahari
Ibumu purnama ke tujuh di bulan berdarah
Bila mereka bertanya
tentang apa yang kuajarkan kepadamu?
Jawab dengan sederhana
CAHAYA
Selebihnya adalah ketiadaan dan kematian
Kusuma Jaya Bulu
13/06/2019
Di bawah adalah video dari puisi ini....
Komentar: