Perjalanan ini seperti sebuah petualangan kesunyian bagiku. Aku merasa seperti berjalan di gugusan dedaunan yang gugur. Menggugurkan semua kerinduanku padamu. Aku merasa jiwaku seperti tersaput embun kesedihan yang dingin dan membekukan hidupku.
Aku tak ingin mengingkari kesedihanku atas perpisahan ini. Aku tak ingin menghibur diriku dengan kesedihan yang mengabut ini. Aku juga tak ingin menghiburmu dengan kata-kata yang indah, aku ingin kesedihan ini menjadi bagian yang membuat cinta kita tumbuh dan berbunga di musim yang berbeda. Ini seperti musim dingin yang sedang turun dalam waktu yang tak kita minta. Tapi aku ingin engkau menjadi kekasih yang merajut rindu-rinduku menjadi baju hangat cinta yang indah. Aku ingin engkau memberikanku warna yang buram dari cinta ini. Biar aku bisa membedakan cahaya yang akan tiba dari kerinduan-kerinduanmu padaku. Karena aku akan memelihara semua cahaya senyumanmu di mataku. Agar dalam kemuraman perpisahan ini, mataku penuh dengan cahaya senyummu dan bibir jiwaku selalu penuh dengan cahaya ciumanmu yang penuh cinta yang berbinar.
BACA JUGA: Cerpen: Kekasih-Kekasih
Setiap perpisahan harusnya tak memisahkan kita, tetapi mempertemukan diri kita kembali melalui kenangan-kenangan cinta yang yang mengikat kita dalam semua pertemuan-pertemuan yang menyatukan jiwa kita.
Aku merasa sedang berjalan jauh menemui kenangan-kenangan kita bersama. Aku menyusuri kembali semua bayangan kisah kita yang membuatku merasa menemukan diriku dalam cinta bersamamu.
BACA JUGA: Esai Cinta Ahyar Anwar: Absahnya Melankolia
Aku mencintaimu sayang!
Jangan bertanya tentang godaan ini, karena aku ingin engkau menjadi sekelopak bunga anggur dalam jalan hidupku. Aku ingin menanam cinta ini dalam sejarah hidupku yang membuatku bisa menjadi sebuah kisah yang lengkap dan tumbuh dalam satu impianku yang paling menyesakkan. Berada dalam malam dan pagi dengan kekasihku, dan menutup jalan hidupku pada kebersamaan hidupnya.
Ahyar Anwar
Posting Komentar