Aku masih ingat kenangan masa itu.... Lima Februari 2009. Di sebuah pondokan kecil di jalan Emmy Saelan. Ketika itu ada seorang teman, sahabat, sekaligus saudara yang berulang tahun. Aku dan beberapa sahabat [Bayu, Black, Akmal, dan Kudus] merencanakan untuk memberikan kejutan. Aku juga masih ingat ketika itu aku membuat sebuah puisi sebagai kado ulang tahunnya, karena tak ada kado lain yang bisa aku berikan padanya....
ingin kutulis sajak untukmubukan sajak tentang bulanbukan sajak tentang bintangbukan pula sajak tentang mataharitapi sajak tentang cintasajak tentang persahabatansajak tentang persaudaraansajak tentang kau dan akumeski tak sesempurna purnamatak seindah cahaya mentariyang mengintip di balik jendelatak sesejuk fajar yang menitip embunpada dedaunanhanya sepotong anyaman aksara tak berantinghanya doa terlahir di sepi malam pulasnamun,kuyakin itu takkan mampu dilukisdengan lima benualima samuderabahkan tujuh lapis langittujuh lapis bumi“moga kau dan aku selalu satuwalau badai tsunami murkamoga kita selalu satuwalau langit memeluk bumi”Makassar, Februari Dua Ribu Sembilan
Puisi itu masih tersimpan rapih. Mungkin kata-katanya tidak terlalu bagus. Tapi satu hal yang ingin kukatakan, aku masih ingat kenangan itu. Kenangan yang selalu kurindukan. Meski pernah tak ada komunikasi sama sekali dalam kurung waktu 2 tahun. Tapi aku percaya bahwa semua itu tak akan pernah mengubur kenangan kala itu. Kenangan bersama kalian. ENAM MATA BADIK.
Selamat ulang tahun siana. Tak ada yang bisa aku berikan selain mendoakanmu. Semoga selalu bahagia dan semoga selalu ingat dengan kami..... Enam Mata Badik.
Komentar: