Di sinilah.....
Di malam dengan purnama penuh
Tak ada yang bisa aku nikmati
Selain sepi yang tak mampu lagi kubedakan
Aku akan memberinya nama “purnama malam yang sangat mengerikan”
Betapa tidak, jika yang kini memegang kendali dalam malamku
Hanyalah bayangan kisah-kisah tentang kerinduan yang menutup pandanganku
Di sinilah jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Dengan saksi purnama yang bisu
Dengan alunan syahdu dari deburan ombak yang amat pilu
Dengan riuh jangkrik yang seolah ikut merasa betapa pedihnya jejak luka itu
Di sinilah.....
Di sinilah jejak luka itu akan selalu membayangi malam
Walau dengan bulan purnama penuh yang kata orang sangat indah
Di sinilah, jejak luka itu menjadi nyanyian malam pekat
Di tepi pantai ketika air sedang surut
Ketika pantulan cahaya purnama tak sampai menyentuh wajahku
Dan akupun tak berharap ia membelaiku dengan lembut cahayanya.....
Karena aku takut, ia akan menertawaiku
Yang duduk dengan wajah lusuh dan kehilangan semangat
Aku takut jika ia tahu
Aku tak lebih dari seorang lelaki yang tak lagi punya cinta yang putih
Di sini jejak luka itu akan selalu ada
Menjadi prasasti dari setiap malam yang kulalui dengan
“Air mata dan kerinduan”
Di sinilah......
Jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Bulukumba, 1/10/2012
**Sebuah Catatan dari Sahabat
Di malam dengan purnama penuh
Tak ada yang bisa aku nikmati
Selain sepi yang tak mampu lagi kubedakan
Aku akan memberinya nama “purnama malam yang sangat mengerikan”
Betapa tidak, jika yang kini memegang kendali dalam malamku
Hanyalah bayangan kisah-kisah tentang kerinduan yang menutup pandanganku
Di sinilah jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Dengan saksi purnama yang bisu
Dengan alunan syahdu dari deburan ombak yang amat pilu
Dengan riuh jangkrik yang seolah ikut merasa betapa pedihnya jejak luka itu
Di sinilah.....
Di sinilah jejak luka itu akan selalu membayangi malam
Walau dengan bulan purnama penuh yang kata orang sangat indah
Di sinilah, jejak luka itu menjadi nyanyian malam pekat
Di tepi pantai ketika air sedang surut
Ketika pantulan cahaya purnama tak sampai menyentuh wajahku
Dan akupun tak berharap ia membelaiku dengan lembut cahayanya.....
Karena aku takut, ia akan menertawaiku
Yang duduk dengan wajah lusuh dan kehilangan semangat
Aku takut jika ia tahu
Aku tak lebih dari seorang lelaki yang tak lagi punya cinta yang putih
Di sini jejak luka itu akan selalu ada
Menjadi prasasti dari setiap malam yang kulalui dengan
“Air mata dan kerinduan”
Di sinilah......
Jejak luka itu akan selalu tertuliskan
Bulukumba, 1/10/2012
**Sebuah Catatan dari Sahabat
bagus gan puisinya
ReplyDeleteHmmmm.... Makasih gan...
DeleteBiasa aja kok.... Masih belajar nulis juga...
jejak luka,
ReplyDeletewalau luka sudah mengering tetap kan meninggalkan bekas :)
Iye' daeng. Itumi na saya tulis saja di sini supaya kelak nanti bisa dikenang jika pernah ada luka dan inilah yang lahir dari luka itu... Sebuah puisi meskipun tidak terlalu bagus... ^_^
Deletejangan lupa untuk membalut sang luka
ReplyDeleteagar ia tak bernanah dan mematikan jiwa
Heheehhe.... Akan kubalut rapi dan akan kujaga agar tak bernanah.....
Deleteiya bener.. walau sudah kering.. tetap meninggalkan bekas :(
ReplyDeleteKalau luka itu tetap membekas, maka jadikan itu sebagai tanda jika kebahagiaan yang kita dapatkan esok sempat tertunda karena goresan luka....
DeleteDapat lagi nih yang dari Sulawesi Selatan :)
ReplyDeleteBaca puisinya malam2 sambil diirinya soundtrack benar-benar nyambung dengan suasana ^._.^
Iya, salam kenal sob....
DeleteIni instrumen kesukaanku... Jadi aku pasang deh di sini. Hahaha
http://curhatz.blogspot.com/ : nice PUISINYA ...
ReplyDeleteTerima kasih telah berkunjung....
Delete