biaskan gelisah berbaur gunda
nyanyian di pucuk rindu
menari di atas tumpukan duri-duri
jejak darah enggan kutatap
hanya ratap mendesis
berbaur debu, abu, asap,
dan entah apa lagi?
pecahan kusam merajai sepi
seolah tak mampu mengeja huruf lontara
yah....... semua abu-abu
hidup......
mati......
senang......
susah......
bahagia......
derita......
tangis......
air mata......
jatuh......
melukis kembali sepotong kisah berdebu
Makassar, 10 November 2008
Komentar: