Telah lenyapkah bersama kepulan asap knalpot yang lalu-lalang?
Telah hilangkah dalam tiupan angin sore saat hujan akan turun?
Ataukah memang tak pernah ada?
Di mana mereka kala ingin kuberikan rindu?
Telah lenyapkah bersama gerimis yang tak juga berhenti?
Telah hilangkah dalam derasnya hujan semalam suntuk?
Ataukah memang tak pernah ada?
Di mana mereka kala ingin kukatakan rindu?
Ke mana perginya mereka?
Menari meninggalkan jejak sebuah sajak
Tak ada lagi yang berdiri memegang badik terhunus
Dan siap untuk menikam siapa saja
Menikam dengan sebait puisi
Bukan hanya menikam tetapi membungkam
Masih adakah kalian?
Masih adakah kalian di sana
Berdiri lalu berteriak lantang?
Membacakan sebait puisi tentang masa yang kini samar keberadaannya?
Lalu kita akan berkata “Aku rindu masa seperti dulu”
Tapi itu dulu
Lama sekali
Masih adakah kalian?
Dan kalian tak sadar berada dalam kegalauan
Sungguh
Apa yang akan diberikan
Ilmu?
Pertanyaan itu bukan tertuju padaku
Tapi pada kalian, pada keegoisan yang selalu nomor satu
Jika ada yang bertanya “Apa ini?”
Maka jangan bertanya padaku
Bertanya saja pada mereka yang lebih tahu
Jika ada yang bertanya “Kau bisa berpuisi?”
Kali ini pasti akan kujawab dengan jawaban sederhana
“Bisa”
Tetapi karena aku bukan seorang pembaca puisi
Mungkin akan sedikit fals atau kurang enak didengar
Aku bukan seorang ahli
Jika ada lagi yang bertanya “Maukah kau menuliskan sebait sajak untukku?”
Mintalah pada mereka
Sebab aku tak pernah lagi mendengar mereka mendiskusikannya
Mungkin sudah bukan jamannya
Kuno mungkin
Atau mungkin mereka sudah tahu semuanya
Mungkin juga sok tahu
Semua telah hilang bersama jejak pendahulu
Semua telah tenggelam bersama duka yang tak mengering
Semua telah sampai pada puncak yang belum diinginkan
Semua semu
Semua bohong
Semua hampa
Semua kosong
Semua hilang
Semua lenyap
Hanya satu jawaban
“RINDU”
Makassar, 17 April 2011