masih dengan wajah lusuh
lalu bertanya:
di mana kuncup rindu yang pernah kutanam?
kau diam.....
aku sendiri tak mampu memberi jawab
sebab aku tak lagi melihat ada rindu di mata indahnya
raib.....
semua sirna ditepis hembusan angin
dan menghempasnya pada satu dinding luka
langkah sia-sia.....
sungguh lelah menapak lorong-lorong sepi tanpa cahaya
merangkai kelam menjadi sebait sajak pilu
Makassar, Juni 2010
Komentar: