Di suatu malam, aku ditemui oleh perempuan
Rambutnya sebahu, bersepatu hitam dengan kelopak mata yang indah
Ia duduk manis di dekatku. Tertunduk, sesekali wajahnya mencuri pandang
Aku suguhkan senyum
Tapi ia melotot padaku
Ku letakkan salam di telinganya
Lalu perempuan itu menampar wajahku
Setelah itu ia entah kemana?
Di malam ke dua
Ia kembali menemuiku, tapi tidak dengan sepatu
Apalagi dengan wajah yang kaku
Aku mengulurkan tanganku, lalu perempuan itu dengan lembut mematahkan jari-jariku
Di setiap malam
Perempuan berparas cantik itu mengunjungiku
Bibir mungil miliknya mendekati telingaku
Tidak berbisik, apalagi mengucapkan kata-kata
Tapi,
Telinga kananku di gigitnya
Tangannya gemulai mencekik leherku
Kakinya begitu cepat menghantam dadaku
Kuku tajam miliknya mencakar-cakar wajahku
Lalu hilang, entah ke mana?
Sudah sepekan aku tidak bertemu padanya
Aku sudah menitip surat di kanton celana anak awan yang kutemui bermain-main dengan pagi
Aku menitip pesan pada setiap sepi yang kutemui
Aku sudah menyampaikan
Galau ini disembilan puluh sembilan sudut kehidupan
Katakan itu adalah bagian caraku
Untuk mencari tahu tentang dirinya
“Apakah kau ingin menemuiku?”
Aku balikkan pandangan ke arah perempuan yang memisahkan aku dengan iamajiku
“siapa kau?”
Aku adalah Kerinduan
Yang tak ingin kau akui
Aku adalah kerinduan
Yang tidak pernah kau ingin mempertemukan dengan Dzat yang menciptakanku
Kerinduan dari Maha Perindu
Aku kerinduan, yang selalu kau tumpuki dengan dosa-dosa
Aku kerinduan yang menyaksikan
Kau berorasi panjang menyampaikan kebenaran
Seraya ayam tetangga murung dalam laci rumahmu
Aku kerinduan yang selalu mengikutimu menggunakan gaun putih dengan kain batik kau lilit di kepalamu
Sedangkan, jutaan anak-anak bangsa yang hidupnya lebih buruk dari binatang yang binasa
Maaf, Ucapnya!
Aku hanya ingin
Memperkenalkan namaku, kerinduan!
Komentar: